WARNAILAH HIDUPMU DENGAN SENI

Wednesday, April 8, 2015

SUPERMAN IS DEAD

Sejarah Berdiri band " Superman Is Dead "



Superman Is Dead



Latar belakang

Nama lain SID

Asal Bali, Indonesia

Genre

Punk rock

  • Tahun aktif 1995 - sekarang

Label

Sony Music Entertainment Indonesia

Situs web http://supermanisdead.net


Anggota :

  • Bobby Kool

  • Eka Rock

  • Jerinx


Superman Is Dead (disingkat SID) adalah sebuah grup musik dari Bali, bermarkas di Poppies Lane II - Kuta. Grup musik ini beranggotakan tiga pemuda asal Bali, yaitu: Bobby Kool sebagai gitaris dan vokalis, Eka Rock sebagi bassis, dan Jerinx sebagai drummer.

Pada awal mula kemunculan, sekitar akhir tahun 1995, SID terpengaruh gaya musik dari band-band asing seperti Green Day dan NOFX. Di kemudian hari, inspirasi musikal SID bergeser ke genre Punk 'n Roll à la grup musik Supersuckers, Living End dan Social Distortion.

Penggemar Superman Is Dead disebut Outsiders bagi yang laki-laki dan Lady Rose bagi yang perempuan.


Daftar isi

• 1 Sejarah

• 2 Personil

• 3 Album

   o 3.1 Kuta Rock City

   o 3.2 The Hangover Decade

   o 3.3 Black Market Love

   o 3.4 Angels and the Outsiders

   o 3.5 The Early Years, Blood, Sweat and Tears

• 4 Diskografi

   o 4.1 Sony-BMG Music Entertainment Indonesia

   o 4.2 Rilisan Sendiri

   o 4.3 Kompilasi

   o 4.4 Video Klip

   o 4.5 Award

• 5 Referensi

• 6 Pranala luar


  • Sejarah

Superman Is Dead yang biasanya dipanggil SID terbentuk pada tahun 1995. Awal mula terbentuknya SID (Superman Is Dead) dimotori oleh anggota band heavy metal Thunder bernama Ari Astina sering dipanggil Jerinx yang ingin membentuk band baru. Dan drummer band new wave punk Diamond Clash bernama Budi Sartika yang biasa dipanggil Bobby Kool ingin menjadi gitaris dan vokalis.

Jerinx dan Bobby bertemu di Kuta Bali. Kedua orang itu kemudian sepakat untuk membentuk sebuah band. Pada saat itu bergabung pula I Made Bawa yang lebih dikenal dengan nama lain Lolot mengisi posisi pemain bass. Band mereka pada awalnya membawakan lagu-lagu dari Green Day.

Tidak lama setelah band terbentuk Lolot keluar dari band dan memutuskan untuk berkonsentrasi pada proyek band yang lain. kelak Lolot akan lebih dikenal sebagai musisi lagu-lagu berbahasa Bali. Kekosongan sesi bass akhirnya diisi oleh personel baru yang bernama Eka Arsana panggilannya Eka Rock. Pada saat itu band belum bernama Superman Is Dead tetapi Superman Is Silver Gun. Pada perkembangannya nama Superman Is Silver Gun dirasa kurang cocok, selain merupakan comotan judul sebuah lagu dari kelompok musik Stone Temple Pilots juga kurang memiliki makna. Bergantilah nama band mereka menjadi Superman Is Dead atau disingkat SID. Superman Is Dead mempunyai arti yaitu bahwa manusia yang sempurna hanyalah illusi belaka dan imajinasi manusia yang tidak akan pernah ada.


  • Personil

• I Made Putra Budi Sartika - Vokal , Gitar

• I Made Eka Arsana - Bass , Backing Vocal

• I Gede Ari Astina - Drum , Songwriter


  • Album


  • Kuta Rock City

Kuta Rock City dirilis secara resmi pada Maret 2003 dibawah label Sony Music Indonesia. Dengan single-single andalannya yaitu Punk Hari Ini dan Kuta Rock City yang kental dengan pengaruh Green Day dan NOFX langsung membuat nama SID disejajarkan dengan band-band rock.Selain beberapa lagu baru, SID juga menambahkan beberapa lagu lama dari album indie mereka tetapi dengan aransemen yang lebih baik dan baru. Album perdana SID ini langsung melambungkan nama SID sebagai band pendatang baru terbaik. Selain itu pula, ini merupakan langkah pertama SID di mayor label yang menimbulkan beberapa kontroversi di kalangan punk.


  • The Hangover Decade

Album yang dirilis tahun 2005 ini merupakan penanda 10 tahun SID berdiri. Di album keduanya SID masih mengambil jalur Punk seperti pada album Kuta Rock City, Di Album ini SID kembali memasukkan beberapa lagu lamanya seperti Long Way to The Bar, TV Brain, Bad bad bad, dan Beyond This Honesty.

Black Market Love

Album ketiga ini terkesan lebih dewasa[rujukan?], dengan lirik yang bercerita tentang kemarahan alam, keserakahan manusia, keadaan sosial dan politik. Dengan memasukkan unsur-unsur alat musik seperti akordion, trompet dan keyboards, seperti pada lagu Bukan Pahlawan dan Menginjak Neraka. Album ini dirilis tahun 2006.


  • Angels and the Outsiders

Album keempat yang dirilis tahun 2009 pada mayor label ini mengesankan bahwa semakin dewasanya SID. Masih seperti album sebelumnya, SID tetap mengandalkan lirik sosial dan perlawanan terhadap penindasaan. Album kali ini SID masih memainkan musik punkrock dengan sentuhan rock n' roll. Album SID ini menuai keberhasilan. Salah satunya adalah SID berhasil diundang ke Warped Tour Festival di Amerika Serikat dan melaksanakan tour di beberapa kota di USA. Ini merupakan keberhasilan SID karena merupakan satu-satunya band Indonesia dan band kedua di Asia yang dipanggil ke Warped Tour walaupun album mereka tidak dirilis di USA.


  • The Early Years, Blood, Sweat and Tears

Album khusus yang dirilis terbatas dalam bentuk bentuk vinyl atau piringan hitam versi long play atau LP tahun 2012. Mereka memasukkan karya terbaik mereka dari tahun 1997 hingga tahun 2009[1]. Sampul album The Early Years, Blood, Sweat and Tears menggambarkan suasana Poppies Lane II - Kuta pada era 80an ketika wilayah tersebut belum ada bangunan dan hanya ditumbuhi pohon kelapa dan rumput.

Diskografi


Sony-BMG Music Entertainment Indonesia

• Kuta Rock City (2003)

• The Hangover Decade (2004)

• Black Market Love (2006)

• Angels and the Outsiders (2009)

• Aku Anak Indonesia (Single) (2011)

• The Early Years, Blood, Sweat and Tears (2012)


Rilisan Sendiri

• Case 15 (1997)

• Superman Is Dead (albm) (1998/1999)

• Bad Bad Bad (2002)

Kompilasi


• 100% Attitude (1999)

   o Artis: SID, Djihad, Commercial Suicide, dll

• No Place To Get Fun (2002)

   o Artis: SID, Rocket Rockers, Respect, Naon, dll

• New Generation Calling (2003)

   o Artis: SID, Rocket Rockers, Shaggy Dog, The Bahamas, dll

Video Klip

• 2002, "White Town” Album “Bad Bad Bad” Director by Outsider Film

• 2003, "Kuta Rock City” Album ”Kuta Rock City” Director by Rizal Mantovani

• 2003, "Punk Hari Ini” Album “Kuta Rock City” Director by Ridwan

• 2004, "Muka Tebal” Album ”The Hangover Decade” Director by Outsider Film

• 2004, "Rock ‘N Roll Band” Album “The Hangover Decade” Director by Outsider Film

• 2004, "Disposable Lies” Album “The Hangover Decade” Director by Umum Production

• 2006, "Bukan Pahlawan” Album “Black Market Love ”Director by Eric Est Movie

• 2006, "Black Market Love” Album “Black Market Love” Director by Bob Calabrito

• 2007, "Menginjak Neraka” Album “Black Market Love” Director by Eric Est. Movie

• 2007, "Lady Rose” Album “Black Market Love ”Director by Eric Est. Movie

• 2007, "Goodbye Whiskey” Album “Black Market Love” Director by Outsider Film

• 2008, Superman Is Dead Rock-A-Bali Australian Tour 2007, Produksi outSIDer Inc, Format DVD, For Promotional Stuff Not for Sale

• 2009, "Kuat Kita Bersinar " Album " Angels and The Outsiders" Director by Patrick Effendy

• 2009, "Jika Kami Bersama - Featuring Shaggy Dog" Album "Angels and The Outsiders" Director by Patrick Effendy

• 2009, "Saint Of My Life" Album "Angels and The Outsiders" ,A footage music video from SID American Tour 2009

• 2013, "Jadilah Legenda" Director by Eric Est. Movie

Award

• Superman Is Dead "Hot & Freaky People 2003” MTV Trax Magazine January 2003

• June 2003 Superman Is Dead “MTV Exclusive Artist of the Month”

• Double Platinum Sony Music for Kuta Rock City Album

• 2003, MTV Award “Most Favorite New Artist”

• 2003, AMI Award “The Best New Artist”

• 2004, SCTV Music Awards “The Most Famous Album Nominee, Pop Rock Category” for Kuta Rock City Album

• 2006, AMI Awards “The Best Rock Album Nominee” for Black Market Love Album

• 2006, “Superman Is Dead The Best Local Band” The Beat Awards.

• 20 the best Indonesian Album 2006 for The Black Market Love Album. Rolling Stones Magazine Januari 2007

• 150 the Best Indonesian Album for Kuta Rock City Album. Rolling Stones Magazine, Special Collectors’ Edition Desember 2007.

• 50 Hype Things in Indonesian Music Industrial 2008 for Superman Is Dead.

• Trax Music & Attitude Magazine Edition Januari 2008.

Tiga Tukang di Balik Jutaan Penggemar

• Kabar Baru

• Sosok


February 16, 2011

Di balik nama besarnya, tiga personil SID hidup sederhana. Jauh dari gemerlap musisi dengan jutaan penggemar.

Cerita berbeda itu saya dapatkan setelah membuat liputan tentang Superman is Dead (SID) untuk majalah Rolling Stone Indonesia. Sebelum liputan ini, saya mengenal SID dan tiga personilnya hanya dari sumber lain. Misalnya dari media massa atau teman mereka yang juga teman saya.


Dalam beberapa kesempatan, saya juga bertemu mereka. Tapi, tidak ada komunikasi secara personal. Hanya say hallo pada mereka, lalu mereka membalasnya. Beberapa kali saya nonton konser mereka, meski saya tak menikmatinya karena pada dasarnya saya memang tidak suka nonton konser bersama ribuan orang. Saya agak takut dengan keriuhan.


Berita media, obrolan teman, dan penampilan di panggung melahirkan kesan (image) di otak saya tentang SID: berangasan, gemerlap, dan selebritis. Kesan itu didukung ikon-ikon yang menempel, sengaja maupun tidak, pada SID dan tiga personilnya: tato, bir, punk, glam, rebel, dan semacamnya.


Awal Februari lalu, band yang lahir di Kuta pada tahun 1995 ini masuk Billboard Uncharted urutan ke-14. Dua minggu sebelumnya mereka ada di urutan ke-23. Masuknya, SID dalam Billboard Uncharted ini karena popularitas dan intensitas mereka di jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, MySpace, dan seterusnya.

Di Facebook, merekalah musisi Indonesia dengan penggemar terbanyak: hampir 1,8 juta fans!


Masuk Billboard karena punya hampir 2 juta orang? Wow! SID di otak saya makin jadi band yang besar dan gemerlap. Begitu pula dengan tiga personilnya, I Made Putra Budi Sartika alias Bobby, I Made Eka Arsana alias Eka, dan I Gede Ari Astina alias Jerinx.


Tapi, aaah, stigma memang berbahaya. Begitu juga kesan saya tentang mereka. Setelah kenal secara personal, setidaknya lewat beberapa hari reportase, wawancara, dan pemotretan, saya jadi tahu bahwa stigma, kesan, anggapan, dan semua asumsi itu tak sepenuhnya benar.


Sebaliknya, mereka terlalu biasa untuk ukuran band dengan penggemar terbesar di negeri ini sekaligus musisi pertama dari Indonesia yang masuk daftar majalah musik bergengsi dunia, Billboard.


Kesan bahwa SID itu angker pelan-pelan runtuh pas wawancara dengan mereka di Twice Bar, Kuta. Ini wawancara pertama bersama mereka.


Sebelum berangkat, saya sudah berpikir bahwa obrolan tiga jam itu akan dipenuhi asap rokok dan bir. Ternyata saya keliru. Tidak ada bir sama sekali selama wawancara tersebut. Eka si basis dan vokal latar hanya memesang teh hangat. Bobby, vokalis dan gitaris, pesan jeruk hangat. Jerinx, yang juga pemilik Twice Bar malah tidak minum sama sekali. Padahal, hampir tak pernah saya melihat mereka tampil tanpa bir, terutama di Bali.


Beberapa hari kemudian saya baru tahu alasan mereka kenapa tidak terlalu banyak minum bir. “Sudah makin tua. Kami makin mengurangi minum bir. Beda dengan dulu,” kata Bobby.

Di kesempatan lain I Gede Ardi Suryana alis Dodix, manajer SID, kemudian menambahkan cerita tentang ritual minum bir ini. Menurutnya, personil SID paling hanya minum bir ketika akan tampil. “Biasalah ritual kecil,” katanya.


Di luar itu, mereka termasuk jarang minum bir. Jauh dari kesan saya tentang mereka.

Begitu juga dengan rokok. Mereka terhitung tidak terlalu sering merokok setidaknya kalau dibandingkan teman-teman saya yang tukang hisap. Hehe.. Padahal, saya sudah berpikir bahwa selain peminum bir kelas advance, mereka juga perokok berat. Ternyata tidak berat-berat amat. Bobby malah bukan perokok sama sekali. “Hanya kadang-kadang merokok untuk keperluan sosial,” akunya.


Kesederhanaan SID juga terasa ketika kami bertemu di Radio Hard Rock, Kuta sekitar dua minggu setelah pertemuan pertama kami di Twice Bar. Pagi itu SID siaran di radio sebagai bintang tamu konser Outloud di Central Parkir Kuta.


Ketika saya tiba di sana, di kamar sempit tempat siaran Hard Rock ini sudah ada Jerinx yang memang tinggal di Kuta dan Bobby bersama Dodix manajer mereka. Eka belum terlihat.

Pas siaran sudah berjalan, Eka baru datang. Dia juga bawa sarapan. Sederhana banget yang dia bawa: nasi bungkus! Tepatnya nasi dengan bungkus plastik. Sepertinya ini nasi bungkus beli di pantai Kuta. Sayangnya, saya lupa tanya di mana beli nasi bungkusnya. Hihihi..


Dengan tarif tiap manggung antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta, meski juga kadang gratis kalau teman sendiri, personil SID masih mau makan nasi bungkus seharga Rp 5.000. Salut.

Nasi bungkus pula yang mereka makan ketika kami bertemu Kamis pekan lalu pada sesi foto bersama teman saya, Hari itu seharian saya dan teman saya memotret mereka secara bergantian. Pas jam makan siang tiga personil SID dan beberapa staf manajemen mereka berkumpul di kantor SID di Jalan Seroja, Denpasar Timur.


Kebetulan sekali hari itu juga ada perayaan ulang tahun dua personil SID, Eka yang lahir 8 Februari dan Jerinx yang lahir 10 Februari. Jadi, saya sudah mikir pasti akan ada makanan berlimpah dan mewah. Tapi, walah, ternyata mereka “hanya” makan nasi bungkus.

Ini sederhana apa pelit, sih? Wahaha...




  • Tukang Rakit


Bobby tinggal di Jl Padma, sekitar Kampus Universitas Ngurah Rai, Denpasar Timur. Rumah kontrakan seluas 2,8 are ini, kata Bobby, hasil main band dan jualan baju.

Hal menarik tentang Bobby adalah hobinya merakit sepeda. Dia mengaku merakit sepeda sejak masih SD. Hobi itu masih dia lakukan hingga saat ini meski sibuk ngeband. Salah satu buktinya sepedanya sekarang yang dia pakai dalam sesi foto. Sepeda ini dia rakit sendiri dari rongsokan seharga Rp 100.000. “Ini buktinya,” kata dia sambil menunjukkan foto rongsokan bodi sepeda di Blackberry-nya.

Rongsokan itu kemudian dia rakit sendiri dengan tambahan perangkat lain, seperti setir, sadel, pedal, dan seterusnya. Total habis sekitar Rp 2 juta. Weleh. Jatuhnya mahal juga, Bli. Hehe..


Selain hobi merakit sepeda, dan tentu saja gowes, Bobby juga suka mendesain. Karena itu dia juga memproduksi pakaian dengan label sendiri, Electrohell. Label ini dia buat bersama Rizal Tanjung, temannya sesama surfer. Sebelum total main musik, Bobby memang surfer. Dia juga membuat desain pakaian surfing sebelum total main musik di SID dan membuat label sendiri.


Bobby juga bercerita SID dulu main dari konser ke konser tanpa bayaran sama sekali. “Dulu diajak main saja sudah senangnya bukan main,” katanya. Honor profesioanl mereka pertama kali adalah ketika tampil di acara Granat, konser ala mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali.


Waktu itu SID dibayar Rp 400.000. “Pas terima duit itu senangnya bukan main. Waah, bisa juga dapat duit dari tampil,” kata Bobby.

Tapi itu dulu. Sekarang tarif manggung SID antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. Tapi, tarif ini sangat bisa dinego. Kalau acaranya besar plus banyak sponsor, mereka memang pasang tarif segitu. Kalau acaranya amal, mereka bersedia datang meski hanya dibayar sebotol bir atau setangkai mawar. Hehe..



  • Tukang Oprek


Selama sekitar 16 tahun membangun band, kini personil SID menerima hasilnya. Begitu pula Eka dengan Harley Davidsonnya. Toh, dia mendapatkan itu semua karena sejak kecil sudah terbiasa bekerja keras.

Tiap kali melihat SID tampil, saya merasa Eka berperan seperti joker, tukang bikin suasana jadi lebih kocak. Dia menghidupkan suasana dengan omongan-omongannya, terutama dalam Bahasa Bali.

Namun, pada sesi foto kami di rumah Bobby, kami minta dia berpose sangat serius dengan menghadap layar komputer. Pose ini disesuaikan dengan minatnya, internet dan komputer.


Sejatinya, Eka memang geek. Dia salah satu pelopor penggunaan internet di Bali. Sejak tahun 2000 dia sudah akrab dengan programming dan coding. Maklum, saat itu dia bekerja sebagai desainer www.baliaga.com, media harian online milik NusaBali, koran lokal yang sebelumnya bernama Nusa Tenggara.


Eka awalnya lebih banyak bekerja untuk desain grafis. Namun, karena dia disuruh mengelola website, dia kemudian belajar ngoprek website, belajar tentang program, coding, CMS, dan tetek bengek seputar website. Dalam bahasa pekerja teknologi informasi, pekerjaan semacam ini disebut ngoprek.

Hasilnya, dia makin mahir ngoprek website, mulai dari konsep, desain, sampai coding. Eka pula yang membuat website www.supermanisdead.net. “Sampai sekarang juga masih sering ngerjain pesanan website dari teman-teman,” katanya. Untuk mengerjakan pesanan website itu, Eka punya usaha sendiri di www.disposablelies.com. Eka tak mau menggunakan CMS berbasis open source, seperti WordPress, Joomla, dan semacamnya.

“Kalau pakai open source lebih gampang dibobol orang,” katanya.

Untuk semua keahliannya itu, Eka belajar secara otodidak. Dia satu-satunya personil SID yang lulus kuliah. “Karena merantau. Jadi kasian kalau sudah jauh-jauh ke Denpasar tapi tidak lulus kuliah,” katanya.

Eka lahir dan besar di Negara, Jembrana, sekitar 3 jam perjalanan dari Denpasar ke arah Gilimanuk. Kedua orang tuanya guru. Karena itu, dia mengaku punya tanggung jawab untuk menyelesaikan kuliah.

Dan, dia berusaha keras untuk menyelesaikan kuliah itu. Pada tahun kedua kuliahnya, Eka sudah mandiri. Dia bekerja di dua tempat sekaligus. Pagi di kantor Baliaga. Malamnya di tempat lain. “Aku dulu pekerja keras. Keras sekali,” katanya. Terbiasa bekerja keras sejak kuliah itu membuat Eka juga terbiasa dengan SID yang memulai karir dari dunia indie.



  • Tukang Ojek


Selama mengenal SID dari media atau cerita teman, Jerinx jadi sosok paling identik dengan SID. Dalam beberapa kesempatan diskusi tentang SID yang saya ikuti, Jerinx hadir mewakili SID. Jadi, kesan dia sebagai frontman memang tak terhindarkan.


Lewat status di Facebook ataupun twit personalnya, Jerinx paling sering mengangkat isu yang bagi banyak orang mungkin kontroversial. Misalnya, radikalisme, kelompok gay dan lesbian, dan semacamnya. Jerinx terlihat paling keras kalau ngomong. Sayang, saya tak punya cukup waktu untuk ngobrol bersamanya secara personal kecuali ketika bersama teman-temannya.


Namun, selama beberapa hari melakukan reportase tentang SID, saya menangkap hal totally different dari sosok paling gahar dan sangar di SID ini.

Hal yang membuat saya salut pada Jerinx adalah kendaraannya. Dia masih naik motor butut Supra Vit dengan nomor polisi yang sudah memutih. Motornya juga agak dekil. Motor yang sama saya lihat dipakai Jerinx saat kami bertemu di Hard Rock Radio.


Di balik nama besarnya sebagai frontman SID, band dengan fans mencapai 1,8 juta orang plus image tentang anak band yang bagi banyak orang adalah bad boy, penampilan Jerinx di luar panggung biasa saja. Dia lebih mirip tukang ojek daripada frontman band sejuta umat. Hehe..


Kamis pekan lalu, kami berencana memotret dia pas main surfing. Tapi, karena dia ada acara di Ubud, maka kami mengikutinya ke sana begitu selesai berkumpul di kantor manajemen SID.

Dia mau menunggu kami untuk berangkat bersama. Saya merasakan kehangatan dari Jerinx sebagai teman, atau setidaknya tuan rumah pada tamunya. Dia rendah hati sekali.. Sepanjang perjalanan menuju Ubud, Jerinx beberapa kali melambaikan tangan menjawab salam dari orang yang melihatnya.


Di luar urusan musik, Jerinx juga mengelola clothing sendiri dengan label Rumble. Toko ini berkantor pusat di Kuta. Kini dia membuka cabang di Ubud persinya samping pintu gerbang Museum Antonio Blanco di dekat jembatan Tukad Campuhan. Kamis pekan lalu Jerinx ke sana untuk melihat upacara adat (melaspas) toko bercat hitam dan merah tersebut.


Karena sudah sore dan capek setelah motret seharian, saya tak banyak bertanya pada Jerinx yang juga sibuk memeriksa persiapan pembukaan toko. Sore itu toko baru tersebut masih belum berisi apa pun.

Jerinx pernah jadi vegetarian antara 1997-2007. “Tidak tega saja lihat binatang disembelih,” katanya. Tapi, kini Jerinx sudah makan daging lagi. “Tidak kuat juga kalau harus selalu menghindari daging, terutama saat konser,” katanya.

Toh, Jerinx masih menghindari makan daging dari hewan berkaki empat, seperti kambing, babi, dan sapi. Pantangan semacam ini biasanya dilakukan oleh pemimpin agama Hindu di Bali, seperti pemangku dan pedanda. Tapi, Jerinx mengaku mengikuti pantangan ini bukan karena alasan religiusitas. Lebih karena alasan itu tadi, kasihan.

Alasan Jerinx itu kian menguatkan pendapat saya tentang SID dan para personilnya. Di balik gemerlapnya, di belakang jutaan penggemarnya para personil SID ini orang-orang yang amat bersahaja..


  • Personil Superman is dead :


  • Bobby Kool

I Made Putra Budi Sartika


Latar belakang

Nama lain Bobby Kool

Genre

Punk Rock

Instrumen Gitar

Tahun aktif 1995 - present

Label

Sony Music Indonesia

Sony BMG Indonesia

Artis terkait Superman Is Dead

Situs web http://www.supermanisdead.net

Bobby tinggal di Jl Padma, sekitar Kampus Universitas Ngurah Rai, Denpasar Timur. Rumah kontrakan seluas 2,8 are ini, kata Bobby, hasil main band dan jualan baju.

Hal menarik tentang Bobby adalah hobinya merakit sepeda. Dia mengaku merakit sepeda sejak masih SD. Hobi itu masih dia lakukan hingga saat ini meski sibuk ngeband. Salah satu buktinya sepedanya sekarang yang dia pakai dalam sesi foto. Sepeda ini dia rakit sendiri dari rongsokan seharga Rp 100.000. “Ini buktinya,” kata dia sambil menunjukkan foto rongsokan bodi sepeda di Blackberry-nya.

Rongsokan itu kemudian dia rakit sendiri dengan tambahan perangkat lain, seperti setir, sadel, pedal, dan seterusnya. Total habis sekitar Rp 2 juta. Weleh. Jatuhnya mahal juga, Bli. Hehe..

Selain hobi merakit sepeda, dan tentu saja gowes, Bobby juga suka mendesain. Karena itu dia juga memproduksi pakaian dengan label sendiri, Electrohell. Label ini dia buat bersama Rizal Tanjung, temannya sesama surfer. Sebelum total main musik, Bobby memang surfer. Dia juga membuat desain pakaian surfing sebelum total main musik di SID dan membuat label sendiri.

Bobby juga bercerita SID dulu main dari konser ke konser tanpa bayaran sama sekali. “Dulu diajak main saja sudah senangnya bukan main,” katanya. Honor profesioanl mereka pertama kali adalah ketika tampil di acara Granat, konser ala mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali.

Waktu itu SID dibayar Rp 400.000. “Pas terima duit itu senangnya bukan main. Waah, bisa juga dapat duit dari tampil,” kata Bobby.

Tapi itu dulu. Sekarang tarif manggung SID antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. Tapi, tarif ini sangat bisa dinego. Kalau acaranya besar plus banyak sponsor, mereka memang pasang tarif segitu. Kalau acaranya amal, mereka bersedia datang meski hanya dibayar sebotol bir atau setangkai mawar. Hehe..

Instrumen khusus

Gitar

I Made Putra Budi Sartika (lahir di Denpasar, 8 September 1977; umur 36 tahun; nama asli dari Bobby Kool) adalah personel dari grup musik asal Bali, Indonesia, Superman Is Dead. Di grup Superman Is Dead, Bobby memainkan instrumen gitar dan sekaligus sebagai vokalis.

Daftar isi

• 1 Awal Karier

• 2 Perjalanan Karier

o 2.1 1995: Superman Silver Gun

o 2.2 1995-2002: Superman is Dead (indie)

o 2.3 2001: Croto Chip

o 2.4 2003-sekarang: Superman is Dead (mayor label)

• 3 Diskografi

o 3.1 Superman Is Dead

o 3.2 Croto Chip

• 4 Referensi

• 5 Pranala luar

Awal Karier

Nama panggilannya ketika masa kanak-kanak adalah Bobby Bikul (bikul berarti tikus dalam bahasa Bali). Ketika karirnya dalam musik dimulai ia mengganti namanya menjadi Bobby Kool. Masa kanak-kanaknya dihabiskan di Denpasar. Ia menyelesaikan kuliahnya di Sastra Inggris, Fakultas sastra Universitas Warmadewa Denpasar.

Pada masa perkenalannya dengan musik ia lebih tertarik memainkan alat musik drum. Ketika ia mulai membentuk sebuah kelompok musik ia baru tertarik pada alat musik gitar. Selain ketertarikannya dalam musik ia dikenal juga sebagai penggemar sepeda dan seorang disainer. Ia kerap merakit sebuah sepeda dari rongsokan sepeda yang tidak terpakai atau rusak[1]. Hobinya terhadap sepeda kelak menjadi salah satu citra khusus pada dirinya ketika mendirikan kelompok musik Superman Is Dead di mana ia memperkenalkan kepada para penggemarnya tentang slogan "lebih baik naik sepeda".

Profesi lainnya adalah sebagai disainer grafis, Ia sempat bekerja sebagai disainer untuk sebuah perusahaan majalah kartun di Bali, sebuah koran surfing di Bali dan pada akhirnya bergabung bersama Rizal Tanjung seorang peselancar nasional mendirikan perusahaan Electrohell yang bergerak dalam bidang pembuatan desain pakaian surfing dan mendirikan studio rekaman. Semua sampul albumnya dirancang sendiri oleh Booby Kool.

Perjalanan Karier 1995: Superman Silver Gun

Pertemuan dirinya dengan Jerinx (drum) dan Lolot (gitar bass) pada tahun 1995 di Kuta di mana mereka memiliki minat sama pada musik dilanjutkan dengan pembentukan kelompok musik bernama Superman Silver Gun, nama ini diambil dari sebuah lagu milik Stone Temple Pilots. Bobby Kool mengambil posisi sebagai pemain gitar dan penyanyi dalam kelompok musik ini. Pada awalnya mereka kerap membawakan lagu-lagu dari Green Day dan mengisi acara pada panggung-panggung lokal di Bali.

1995-2002: Superman is Dead (indie)

Pada perkembangan Superman Silver Gun, mereka menemukan sebuah konsep tentang bahwa tak ada manusia yang sempurna. Konsep ini menyebabkan pergantian nama kelompok mereka menjadi Superman Is Dead yang dianggap cocok. Nama Superman Is Dead biasa disingkat menjadi SID. Pada masa tersebut kelompok SID sempat berganti pemain gitar bass dari Lolot kemudian terakhir Eka Rock. Pada masa ini mereka telah menciptakan lagunya sendiri menghasilkan tiga album indie: Case 15 (1997), Superman Is Dead (album) (1998/1999), dan Bad Bad Bad (2002)

2001: Croto Chip

Pada masa merebaknya pengaruh musik ska di Indonesia, Bobby membuat sebuah proyek kelompok musik indie yang mengusung aliran ska bernama Croto Chip dan melahirkan sebuah album bertajuk "Percuma".

2003-sekarang: Superman is Dead (mayor label)

Pada tahun 2003 Superman Is Dead secara resmi berada dalam naungan label Sony Music Indonesia, ditandai dengan dirilisnya album Kuta Rock City. Album pertama mereka menuai kesuksesan yang dilanjutkan dengan rilisnya album-album Superman Is Dead yang lain, The Hangover Decade (2005), Black Market Love (2006), Angels & the Outsiders (2009), Aku Anak Indonesia (Single) (2011),dan The Early Years, Blood, Sweet and Tears (2012) dalam format vinyl.

Angels and the Outsiders

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Angels & the Outsiders)

Belum Diperiksa

Angels and the Outsiders

Album studio oleh Superman Is Dead

Dirilis 2009

Direkam Electrohell Studio Bali

Genre

Punk rock

Durasi 56:44

Label

Sony Music Entertainment Indonesia

Kronologi Superman Is Dead

Black Market Love

(2006) Angels and the Outsiders

(2009)

Angels and the Outsiders adalah salah satu album musik karya Superman Is Dead. Album ini dirilis pada tahun 2009 melalui Sony Music Indonesia. Singel dari album ini adalah "Kuat Kita Bersinar" dan "Jika Kami Bersama". Di album ini SID berkolaborasi dengan Shaggy Dog di lagu Jika Kami Bersama.

Daftar lagu

No. Judul Durasi

1. "Kuat Kita Bersinar" 3:11

2. "Jika Kami Bersama" (feat. Shaggy Dog) 3:48 

3. "We Are The Outsiders" 3:25

4. "Poppies Dog Anthem" 3:14

5. "Saint of My Life" 3:33

6. "Nights of The Lonely" 4:17

7. "Menuju Temaram" 3:22

8. "Punk Rock Lowrider" 3:13

9. "Luka Indonesia" 4:16

10. "Close To Fly Away" 3:54

11. "The Days of A Father" 4:30

12. "Pulang" 4:29

13. "Memories of Rose" 5:36

14. "U.T.W" 3:01

15. "Twice In Paradise" 2:49

Durasi total: 56:44


Superman Is Dead (album) adalah sebuah album musik utama karya Superman Is Dead. Dirilis pada akhir tahun 1998.


Daftar Lagu

1. White Crickets

2. Here I am

3. Fuckin' Hero

4. The Fat And The Thin

5. You Gove

6. Money Money Money

7. Me And My Duty

8. Unity Of Cells

9. Mr. President W.F.Y.D

10. Get In Touch

11. Superman Is Dead

12. Feelin' In Heaven

13. Mengintip

14. It's Allright


Bad Bad Bad adalah sebuah album musik utama karya Superman Is Dead. Dirilis pada pertengahan tahun 2002.


Daftar Lagu

1. Long Way To The Bar

2. Tv Brain

3. Bad Bad Bad

4. Beyond This Honesty

5. My Girlfriend Is Pregnant

6. White Town


Kuta Rock City adalah sebuah album musik utama karya Superman Is Dead. Dirilis pada tahun 2003.


Daftar lagu

1. Punk Hari Ini

2. Kuta Rock City

3. Graveyard Blues Vodkabilly

4. Burn For You

5. This Is Un-Love

6. Runaway Stripper

7. Here I Am

8. Money Money Money

9. Cerita Semalam

10. All Angels Cry

11. Ephedrine King

12. F***ing Hero

13. The Broken Song

14. My Girlfriend Is Pregnant

15. Musuh Sahabat

16. Superman Is Dead


The Hangover Decade adalah album studio kedua dari grup musik Indonesia, Superman Is Dead yang dirilis pada tahun 2005. Berisi 14 buah lagu dengan lagu Hanya Hari Ini sebagai lagu utama album ini.


Daftar lagu

1. Hanya Hari Ini

2. Rock & Roll Band

3. Muka Tebal

4. King, Queen & Poison

5. Falling Down

6. Long Way To The Bar

7. Great Dream Of Society

8. Bad Bad Bad

9. TV Brain

10. Beyond The Honesty

11. Broken Guidance

12. Disposable Lies

13. Future Disgrace

14. Moral Dilemma


Black Market Love

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Black Market Love


Album studio oleh Superman Is Dead


Dirilis 2006


Direkam Electrohell Studio Bali

Genre

Punk Rock, Country-Rock, Hardcore Punk, Skate Punk

Warna Black

Label

Sony Music Indonesia


Kronologi Superman Is Dead


The Hangover Decade

(2004) Black Market Love

(2006) Angels and the Outsiders

(2009)


Black Market Love adalah album ke-3 paguyuban langgam cadas beranggotakan Bobby Cool, Eka Rock, & Jrx, bersama Sony BMG dan merupakan album ke-6 secara keseluruhan.

Ini adalah kontinuitas ekspresi bingar SID akan cinta dan cita-cita pada musik, kemerdekaan berpendapat, serta harapan untuk terus rukun damai sentosa di buana Bhineka Tunggal Ika.

Here they are again, friend. Alive, beer-soaked, and kicking!


“Black Market Love” yang direkam di Electro Hell studio pada fajar 2006 dipilih sebagai judul pertama karena, well, it sounds great and dangerous! Yang jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai “Cinta Pasar Gelap” a.k.a. “Cinta Rahasia”. Indeed, “Black Market Love” adalah deklarasi SID pada dunia tentang kecintaan mereka pada hal-hal yang selama ini divonis “salah” oleh perspektif mayoritas.

Kedua karena SID akan tanpa bosan melawan ketakpedulian, fasisme, diskriminasi, budaya kekerasan, dan pembodohan. Lawan dengan letup cinta yang tegar menyala.


Hal lain yang patut dicatat dari album bersampul tengkorak berkumis ini adalah deras bertambahnya lirik berbahasa Indonesia . Tentu SID punya alasan kuat untuk itu. Simak komentar Jrx, “Setelah hampir 11 tahun terlalu banyak memakai lirik berbahasa Inggris, pendengar sering kurang menangkap apa yang coba kita suarakan. Hasilnya seringkali publik hanya menilai kita secara tampak luar dan fashion saja. Salah besar sebab sejak awal kita ingin menempatkan musik sebagai media pemberi motivasi untuk anak-anak muda yang sering bingung dan mempertanyakan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan kehidupan…”


Selebihnya, bak melanjutkan petualangan dari album sebelumya, “The Hangover Decade”, SID makin lebar menjelajah dengan mulai memasukkan instrumen-instrumen eksotik macam akordion, grand piano, organ dan biola. Njlimet? Wah, malah tidak. Album ini sebaliknya tetap relatif mudah dicerna kuping, Bersahaja dus gemah ripah dengan tembang-tembang sing-a-long. Perhatikan singel pertamanya, “Bukan Pahlawan”. Simple, bertempo sedang, gampang dinyanyikan riang bersama para sahabat di bar-bar murah atau tempat-tempat hiburan kelas bawah. Kesederhanaan aransemen dan koor dadakan bisa gampang tercipta pada country rock-fueled “Goodbye Whiskey” serta “Kita vs Mereka”--yang terinspirasi oleh kesewenangan yang menimpa Inul. Dan beautifully stripped-down dengan balada 3 kunci, “Lady Rose”.


“Marah Bumi” & “Year of the Danger” menyoroti ulah manusia yang tidak ramah lingkungan & miskin sisi humanisme dengan aliran Hardcore Punk-nya. “Citra O.D.” lewat style Oldschool-nya & “Psycho (Fake)” yg juga mengalir nuansa Hardcore Punk menyayangkan eksploitasi media terhadap privasi paling pribadi serta trend manipulasi citra. “Tomorrow” memimpikan dunia tanpa perang, adil makmur ijo royo-royo.


Pun varian partisipan makin lintas sektoral sekaligus “berbahaya”. Dari lingkup domestik muncul Jerinx dan Eka Rock mengambilalih posisi biduan lalu maskulin bersenandung masing-masing di “Lady Rose” dan “Anger Inc.”. Dari lingkup regional, Leo Sinatra (of nu skool Rockabilly act, Suicidal Sinatra) gitaris muda sakti-mandraguna-lihai-lancar-jaya-banyak-tattoo-banyak-bahagia bersedekah mengamalkan sedikit kebajikannya di “Goodbye Whiskey”; Dankie (of grunge’s last gentlemen, Navicula) elok menggesek slide guitar ditimpali vokal latar sejuk misterius oleh Sari (of Goth-Punk outfit, Nymphea) di “Lady Rose”; Prima (from local politico-rapcore collective, Geekssmile), gerah berteriak di “Citra O.D.”; Philipus indah

berkiprah lewat organ di “Bukan Pahlawan”, grand piano di Skate Punk “Bangkit & Percaya”, & akordion di “Menginjak Neraka”; Mr. Fahmi (of Chicano-Punk mafia, Devildice) & One Dee (of Ska veterans, Noin Bullet) seronok mengisi departemen tiup di “Menginjak Neraka”. Sounds dangerous enough, eh?

Untuk kaum yang tersisih dan terlupakan. Untuk mereka yang tersudut dan terdiam. Lawan dunia yang marak dengan benci & dengki dengan pijar cinta yang besar!.


Daftar lagu

1. "Year Of The Danger"

2. "Black Market Love"

3. "Bukan Pahlawan"

4. "Psycho (Fake)"

5. "Menginjak Neraka"

6. "Anger Inc."

7. "Citra O.D"

8. "Marah Bumi"

9. "Tomorrow"

10. "Strong Enough"

11. "Goodbye Whiskey"

12. "Lady Rose"

13. "Bangkit Dan Percaya"

14. "Kita Vs. Mereka"

Angels and the Outsiders

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Angels & the Outsiders)

Belum Diperiksa

Angels and the Outsiders


Album studio oleh Superman Is Dead


Dirilis 2009


Direkam Electrohell Studio Bali

Genre

Punk rock


Durasi 56:44

Label

Sony Music Entertainment Indonesia


Kronologi Superman Is Dead


Black Market Love

(2006) Angels and the Outsiders

(2009)


Angels and the Outsiders adalah salah satu album musik karya Superman Is Dead. Album ini dirilis pada tahun 2009 melalui Sony Music Indonesia. Singel dari album ini adalah "Kuat Kita Bersinar" dan "Jika Kami Bersama". Di album ini SID berkolaborasi dengan Shaggy Dog di lagu Jika Kami Bersama.

Daftar lagu

No. Judul Durasi

1. "Kuat Kita Bersinar" 3:11

2. "Jika Kami Bersama" (feat. Shaggy Dog)

3:48

3. "We Are The Outsiders" 3:25

4. "Poppies Dog Anthem" 3:14

5. "Saint of My Life" 3:33

6. "Nights of The Lonely" 4:17

7. "Menuju Temaram" 3:22

8. "Punk Rock Lowrider" 3:13

9. "Luka Indonesia" 4:16

10. "Close To Fly Away" 3:54

11. "The Days of A Father" 4:30

12. "Pulang" 4:29

13. "Memories of Rose" 5:36

14. "U.T.W" 3:01

15. "Twice In Paradise" 2:49

Durasi total: 56:44




  • Eka Rock

I Made Eka Arsana


Latar belakang

Nama lain Eka Rock

Genre

Punk Rock


Instrumen Bass


Tahun aktif 1995 - present

Label

Sony Music Indonesia

Sony BMG Indonesia


Artis terkait Superman Is Dead


Situs web http://www.supermanisdead.net


Selama sekitar 16 tahun membangun band, kini personil SID menerima hasilnya. Begitu pula Eka dengan Harley Davidsonnya. Toh, dia mendapatkan itu semua karena sejak kecil sudah terbiasa bekerja keras.


Tiap kali melihat SID tampil, saya merasa Eka berperan seperti joker, tukang bikin suasana jadi lebih kocak. Dia menghidupkan suasana dengan omongan-omongannya, terutama dalam Bahasa Bali.


Namun, pada sesi foto kami di rumah Bobby, kami minta dia berpose sangat serius dengan menghadap layar komputer. Pose ini disesuaikan dengan minatnya, internet dan komputer.


Sejatinya, Eka memang geek. Dia salah satu pelopor penggunaan internet di Bali. Sejak tahun 2000 dia sudah akrab dengan programming dan coding. Maklum, saat itu dia bekerja sebagai desainer www.baliaga.com, media harian online milik NusaBali, koran lokal yang sebelumnya bernama Nusa Tenggara.


Eka awalnya lebih banyak bekerja untuk desain grafis. Namun, karena dia disuruh mengelola website, dia kemudian belajar ngoprek website, belajar tentang program, coding, CMS, dan tetek bengek seputar website. Dalam bahasa pekerja teknologi informasi, pekerjaan semacam ini disebut ngoprek.


Hasilnya, dia makin mahir ngoprek website, mulai dari konsep, desain, sampai coding. Eka pula yang membuat website www.supermanisdead.net. “Sampai sekarang juga masih sering ngerjain pesanan website dari teman-teman,” katanya. Untuk mengerjakan pesanan website itu, Eka punya usaha sendiri di www.disposablelies.com. Eka tak mau menggunakan CMS berbasis open source, seperti WordPress, Joomla, dan semacamnya.


“Kalau pakai open source lebih gampang dibobol orang,” katanya.


Untuk semua keahliannya itu, Eka belajar secara otodidak. Dia satu-satunya personil SID yang lulus kuliah. “Karena merantau. Jadi kasian kalau sudah jauh-jauh ke Denpasar tapi tidak lulus kuliah,” katanya.


Eka lahir dan besar di Negara, Jembrana, sekitar 3 jam perjalanan dari Denpasar ke arah Gilimanuk. Kedua orang tuanya guru. Karena itu, dia mengaku punya tanggung jawab untuk menyelesaikan kuliah.


Dan, dia berusaha keras untuk menyelesaikan kuliah itu. Pada tahun kedua kuliahnya, Eka sudah mandiri. Dia bekerja di dua tempat sekaligus. Pagi di kantor Baliaga. Malamnya di tempat lain. “Aku dulu pekerja keras. Keras sekali,” katanya.


Terbiasa bekerja keras sejak kuliah itu membuat Eka juga terbiasa dengan SID yang memulai karir dari dunia indie.


Instrumen khusus

Bass

I Made Eka Arsana (lahir di indonesia, 8 Februari 1975; umur 39 tahun; nama asli dari Eka Rock) adalah personel dari grup musik asal Bali, Indonesia, Superman Is Dead. Di grup Superman Is Dead, Eka Rock memainkan instrumen bass.T




  • Jerinx

I Gede Ari Astina


Latar belakang

Nama lain Jerinx

Genre

Punk Rock


Instrumen Drum


Tahun aktif 1995 - present

Label

Sony Music Indonesia

Sony BMG Indonesia


Artis terkait Superman Is Dead


Situs web http://www.supermanisdead.net


Instrumen khusus

Drums

I Gede Ari Astina (lahir di Kuta, 10 Februari 1977; umur 37 tahun) adalah personel dari grup musik asal Bali, Indonesia, Superman Is Dead. Di grup Superman Is Dead, Jerinx memainkan instrumen drum dan di grup DevildiceBali sebagai [[vokalis]. Jerink juga pemilik dari Rumble Clothing, Twice Bar dan beberapa Tatto shop seperti Lady Rose Tatto Shop.

Selama mengenal SID dari media atau cerita teman, Jerinx jadi sosok paling identik dengan SID. Dalam beberapa kesempatan diskusi tentang SID yang saya ikuti, Jerinx hadir mewakili SID. Jadi, kesan dia sebagai frontman memang tak terhindarkan.


Lewat status di Facebook ataupun twit personalnya, Jerinx paling sering mengangkat isu yang bagi banyak orang mungkin kontroversial. Misalnya, radikalisme, kelompok gay dan lesbian, dan semacamnya. Jerinx terlihat paling keras kalau ngomong. Sayang, saya tak punya cukup waktu untuk ngobrol bersamanya secara personal kecuali ketika bersama teman-temannya.


Namun, selama beberapa hari melakukan reportase tentang SID, saya menangkap hal totally different dari sosok paling gahar dan sangar di SID ini.


Hal yang membuat saya salut pada Jerinx adalah kendaraannya. Dia masih naik motor butut Supra Vit dengan nomor polisi yang sudah memutih. Motornya juga agak dekil. Motor yang sama saya lihat dipakai Jerinx saat kami bertemu di Hard Rock Radio.


Di balik nama besarnya sebagai frontman SID, band dengan fans mencapai 1,8 juta orang plus image tentang anak band yang bagi banyak orang adalah bad boy, penampilan Jerinx di luar panggung biasa saja. Dia lebih mirip tukang ojek daripada frontman band sejuta umat. Hehe..


Kamis pekan lalu, kami berencana memotret dia pas main surfing. Tapi, karena dia ada acara di Ubud, maka kami mengikutinya ke sana begitu selesai berkumpul di kantor manajemen SID.


Dia mau menunggu kami untuk berangkat bersama. Saya merasakan kehangatan dari Jerinx sebagai teman, atau setidaknya tuan rumah pada tamunya. Dia rendah hati sekali.. Sepanjang perjalanan menuju Ubud, Jerinx beberapa kali melambaikan tangan menjawab salam dari orang yang melihatnya.


Di luar urusan musik, Jerinx juga mengelola clothing sendiri dengan label Rumble. Toko ini berkantor pusat di Kuta. Kini dia membuka cabang di Ubud persinya samping pintu gerbang Museum Antonio Blanco di dekat jembatan Tukad Campuhan. Kamis pekan lalu Jerinx ke sana untuk melihat upacara adat (melaspas) toko bercat hitam dan merah tersebut.


Karena sudah sore dan capek setelah motret seharian, saya tak banyak bertanya pada Jerinx yang juga sibuk memeriksa persiapan pembukaan toko. Sore itu toko baru tersebut masih belum berisi apa pun.


Jerinx pernah jadi vegetarian antara 1997-2007. “Tidak tega saja lihat binatang disembelih,” katanya. Tapi, kini Jerinx sudah makan daging lagi. “Tidak kuat juga kalau harus selalu menghindari daging, terutama saat konser,” katanya.


Toh, Jerinx masih menghindari makan daging dari hewan berkaki empat, seperti kambing, babi, dan sapi. Pantangan semacam ini biasanya dilakukan oleh pemimpin agama Hindu di Bali, seperti pemangku dan pedanda. Tapi, Jerinx mengaku mengikuti pantangan ini bukan karena alasan religiusitas. Lebih karena alasan itu tadi, kasihan.


Alasan Jerinx itu kian menguatkan pendapat saya tentang SID dan para personilnya. Di balik gemerlapnya, di belakang jutaan penggemarnya para personil SID ini orang-orang yang amat bersahaja.

12 Alasan yang Membuat SID Terus Jadi Band Rock Terbaik di Seantero Negeri

Superman Is Dead bisa dibilang salah satu pelakon musik rock terbaik di Indonesia saat ini. Setelah 18 tahun berdiri, SID makin kuat menancapkan cakarnya di belantika musik rock Indonesia. Setiap konser dan gig-nya di berbagai kota pasti dipenuhi oleh para outsider, lagu-lagu mereka pun jadi hits single nasional.

Bukan hanya soal musik dan liriknya, SID memang beda karena idealisme kuat yang tetap membersamai tiap langkah mereka. Di tengah gempuran musik sendu dan menye-menye di industri musik Indonesia, SID dengan gagah berani menyelipkan lirik dengan unsur sosial dalam lagu-lagunya. Personil SID pun terkenal lantang menyuarakan kepedulian mereka pada berbagai masalah bangsa melalui jejaring media sosial.

Saat banyak band berbondong-bondong menjadi sama demi memenuhi selera pasar — Bobby Kool, Eka Rock dan Jerinx adalah band anomali yang (anehnya) tak pernah kehilangan penggemar. Apakah kamu salah satu outsider dan lady rose setia SID yang sudah mengagumi mereka sejak usia belasan? Atau kamu salah satu calon penggemar baru yang butuh alasan mengapa harus mengagumi mereka? Di artikel ini Hipwee akan buka seluruh tabir dan alasannya.



1. Superman Is Dead sudah istimewa sejak awal kemunculannya. Mereka hadir dengan filsafat sederhana bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

Mereka yang memberikan arti pahlawan sejati tidak pernah ada

Mereka yang memberikan arti pahlawan sejati tidak pernah ada via createapk.com

SID memulai perjalanan karir mereka pada tahun 1995 dengan nama Superman is Silver Gun — digawangi oleh Jerinx, Bobby dan Lolot. Di awal kemunculannya SID rutin memainkan lagu-lagu Green Day dan NOFX pada setiap penampilannya. Di tengah perjalanan Lolot memutuskan keluar untuk bergabung dengan proyek kolaborasi musisi lokal Bali, hingga kini Lolot dikenal sebagai musisi yang membawakan lagu-lagu berbahasa Bali.

Slot kosong yang ditinggalkan Lolot pun akhirnya diisi oleh Eka Arsana atau kini lebih dikenal sebagai Eka Rock. Nama Superman Is Silver Gun pun dianggap tak lagi cukup menggambarkan identitas dan musik mereka — hingga disepakati bahwa akan digunakan nama Superman Is Dead sebagai gantinya.

Tak main-main makna di balik nama ini. Superman Is Dead berarti Superman Telah Mati. Manusia sempurna itu hanya ilusi. Selepas berganti nama SID memutuskan teguh dengan gaya musik mereka sendiri –walau masih terasa pengaruh Green Day dan NOFX di album pertama mereka tapi di album-album selanjutnya suara Bobby, Jerinx, dan Eka makin lebih terasa.

Ciri khas SID yang kuat terasa pun diamini sebagai hal yang membuat para penggemar bertahan. Di negeri ini masih banyak orang yang gemas dengan pilihan musik yang itu-itu saja — keberadaan SID bisa jadi oasenya.

Mereka itu out of the box dan memliki ciri khas sendiri

M. Irfan Izudin, Jomblo penggemar SID

2.  Lirik lagu SID terkenal magis. Walau musik mereka memekakkan telinga, kamu yang bukan penggemar punk rock pun bisa dibuat jatuh cinta

Mereka tidak hanya teriak teriak

Mereka tidak hanya sekedar teriak teriak via officialoutsider.blogspot.com

SID boleh mengusung genre Punk Rock dalam tiap musik yang dimainkannya. Namun bukan hanya anak Punk-Rock yang bisa jatuh hati pada musik mereka, kita-kita yang sehari-hari mendengarkan lagu pop pun bisa dibuat jatuh cinta.

Bagaimana bisa? Pertama, musik SID memang rancak –tapi masih dalam batas kewajaran yang bisa dinikmati oleh telinga orang awam yang tak suka musik gedubrakan. Sebut saja lagu “Saint of My Life” dan “Kita Adalah Belati.” Distorsi gitar tetap terasa, semangat punk rock tetap menggelora di sana, tapi SID dengan cerdas memasukkan lirik dengan kata-kata yang menarik telinga. Membuat mereka yang tak bisa sepakat sepenuhnya dengan dentuman drum yang rapat ketukannya lebih fokus pada liriknya.

Belum lagi soal tema. SID tersohor dengan kepiawaiannya meramu tema yang terkesan berat dalam lirik yang sederhana. Sindiran pada upaya reklamasi Bali, pembangunan hotel yang kian tak beraturan, sampai isu HAM bisa dibawakan dalam lagu yang membuat pendengarnya ingin ikut berdendang.

Liriknya itu sering sesuai dengan apa yang saya pikirkan. Musiknya juga menghentak. Lirik dan lagu seirama. Liriknya banyak mengenai kritik sosial, teriakan protes, politik, lingkungan. 

Andi Mahendra, Outsider.

SID layak jadi legenda karena kemampuannya untuk berkompromi. Saat band punk rock lain bersikeras mengedepankan musik yang memekakkan telinga dan lirik yang hanya terdengar seperti teriakan saja, SID dengan rendah hati berusaha merangkul orang-orang yang belum atau tidak familiar dengan musik yang mereka mainkan. Tak heran penggemar SID kini tersebar dari semua kalangan.




3. SID membuktikan bahwa genre punk-rock tak lagi hanya didominasi kaum pria. Dalam perjalanan karirnya SID didampingi Lady Rose yang tetap setia

SID juga punya banyak penggemar wanita

SID juga punya banyak penggemar wanita via websta.me

Ketika masuk ke venue konser SID kamu mungkin akan sedikit kaget karena melihat banyak cewek — tak sedikit yang berjilbab — ikut tenggelam dalam keriuhannya. Ya, merekalah lady roses, sebutan bagi penggemar wanita setia SID.

Musik punk rock boleh terkenal dengan musik laki-laki yang penuh teriakan dan kadang terkesan bengis. Tapi lagi-lagi, karena kelihaian SID meramu lirik para wanita pun bisa dibuat jatuh hati. Musik SID memang keras, namun ada kejujuran di baliknya yang justru jadi daya tarik bagi wanita yang mendengarkannya.

Dengarkan saja lagu “Bukan Pahlawan” yang dengan gamblang menceritakan seorang pria yang bertutur apa adanya tentang keadaannya.

“Aku bukan pahlawan berparas tampan

Sayap-sayap pupus terbakar

Salah benar semua pernah kulakukan

Angkat gelas kita bersulang!”

SID tidak menjual kata-kata manis dan impian tinggi yang belum tentu bisa dimiliki. Kejujurannya dalam bertutur justru makin menegaskan kesan apa adanya yang jadi magnet bagi penggemar wanita.

Musiknya keras, tapi romantis. Liriknya bercerita.

Risanti Naintiwan, penggemar SID sejak SMP

Sebagai bukti SID bukan hanya milik para pria, kini SID menggandeng biduan cantik Brianna Simorangkir untuk ikut sumbang suara di lagu Sunset di Tanah Anarki.



4. Saat banyak orang turun ke jalan demi menyuarakan keadilan, SID menunjukkan bahwa pemberontakan bisa dilakukan dengan cara yang elegan.

SID menolak lupa

SID menolak lupa via twitter.com

Musik bagi SID bukan sekadar kumpulan chord yang dibentuk menjadi sebuah lantunan irama atau menciptakan lirik yang mudah dihapal di luar kepala. SID membawa musik ke level selanjutnya, yaitu sebagai alat perjuangan dan advokasi bagi berbagai permasalahan sosial yang bangsa ini hadapi sehari-hati

Mereka kritis, mereka mampu menciptakan sebuah lagu sesuai keadaan sosial dan politik yang sedang hangat saat itu.

Faris Samhan, Penikmat Musik dan Seni.

Dalam single andalan di album Sunset di Tanah Anarki SID menyuarakan kepedulian mereka pada kebiasaan mudah lupa yang menjerat bangsa Indonesia. Hingga kini Widji Thukul masih hilang, kasus Munir pun masih belum terang — melalui lagu dan video klip mereka lah SID bersuara pada para penggemarnya.

Dalam video klip Sunset di Tanah Anarki SID memasukkan potongan gambar Munir dan Widji Thukul. Lirik lagu Sunset di Tanah Anarki pun dengan lantang bertutur tentang pelanggaran Hak Asasi yang sampai hari ini masih dianggap biasa di negeri ini:

Dalam gelisahku menunggu, berita tentang gerilyamu

Semerbak rindu kuasai udara panas ini

Sepucuk surat telah tiba, dan senja pun ikut berdebar

Kalimat indah dan kisahmu tentang perang dan cinta

Sunset di Tanah Anarki

 SID adalah ikon bagi perjuangan anak muda yang kerap malas jika diajak bicara soal gejolak politik yang makin tak jelas juntrungannya. Dari betotan gitar, dentum ritmis drum, dan lirik yang kritis mengiris namun tetap punya sisi magis SID tanpa disadari membuat kita lebih peduli pada masalah negeri. Tentu saja mereka menyampaikannya dengan tidak menggurui, membuat kita tetap punya ruang sendiri untuk berinterpretasi.




5. Walau mengusung musik punk rock yang lekat dengan pemberontakan dan kebebasan, SID tak berusaha menutup diri dari urusan hati. Dalam lagunya mereka mengungkapkan cinta dengan caranya sendiri

Kalau cinta jangan cengeng

Kalau cinta jangan cengeng via www.supermanisdead.net

Walaupun rocker mereka tetep kenal lagu cinta. Untuk lagu-lagu yang pelan dan romantis, mereka menyampaikan keromantisan dengan cara mereka sendiri. 

Fauziatul Fitriyah, Peneliti

SID tetap manusia biasa. Tak peduli seberapa nge-rock dan nge-punk mereka, 3 orang ini tetap 3 orang pria yang pasti berurusan dengan tetek-bengek cinta. Hebatnya SID — Jerinx, Bobby, dan Eka — mereka tak pernah berusaha meninggalkan akarnya sebagai manusia. Tak perlulah berusaha sok tegar untuk tidak ikut terenyuh ketika bicara soal cinta, tapi mereka selalu punya jaringnya sendiri agar lagu cintanya tidak keluar dari marka.

Di tengah marakanya musik punk yang  mendendangkan tentang patah hati dan anti pati pada cinta, mereka mampu hadir dan mengusung cinta dengan kemasan yang berbeda. Lagu Lady Rose misalnya, lagu ini mampu memberikan nuansa berbeda bagi kamu yang sedang jatuh hati. Mereka tidak menawarkan cinta picisan yang penuh drama, tapi justru mengatakan bahwa cinta selalu sepaket dengan upaya untuk terus gigih berusaha.

When you fall to my arms, when you sleep for a thousand year

Never will brings you down, down down down…

You’re the heart of the crown

And the blood of all my lifetime

You are my lady rose…

Lady Rose

Lirik yang manis, mengena, jujur apa adanya membuat para pria merasa mendapatkan saluran perasaannya. Wanita yang mendengarkan pun tak merasa dirayu dengan kata berbunga-bunga yang kadang justru membuat bergidik saat mendengarnya. Cinta yang diungkapkan SID selalu terasa pas dan lugas.



6. Jiwa Rock dan Punk SID tak perlu diragukan. Personilnya benar-benar mengaplikasikan nilai-nilai punk rock dalam kehidupan

SID tolak reklamasi

SID tolak reklamasi via www.kapanlagi.com

Sebenarnya gak cuma lagunya, tapi dari personilnya juga mereka itu keren. Mereka sangat concern masalah lingkungan di daerah asalnya kayak isu reklamasi teluk Benoa  

Risanti Naintiwan, Penggemar SID sejak SMP

Jiwa punk rock bukan cuma sekadar jubah bagi SID dalam berkarya. Ketiga personilnya benar-benar mengaplikasikan nilai punk rock dalam kehidupan mereka. Punk rock adalah tentang antitesis kemapanan, kepedulian pada negara yang disuarakan lewat jalur non-politik, hingga semangat untuk menciptakan gerakan sosial yang tumbuh dari akar rumput.

Inilah yang dilakukan oleh para personilnya. Personil SID tidak memainkan musik mereka semata untuk mencari uang, di luar kegiatan manggung dan rekaman SID juga punya clothing line yang gencar dalam hal pemasaran. Hal ini harus dihargai sebagai upaya untuk mempertahankan independensi, saat kelak lagu mereka tak laku pun mereka tetap bisa bermusik sesuka hati tanpa harus susah-susah mengikuti selera pasar.

SID juga terkenal dengan kepedulian personilnya pada berbagai masalah negeri. Isu tentang reklamasi Bali contohnya. Jerrinx dengan lantang menggunakan akun Twitter pribadinya sebagai corong untuk bersuara:

Kegiatan mereka mampu menjadi bius bagi para penggemarnya untuk melakukan hal yang sama. SID membuktikan bahwa anak punk bukan lagi kelompok masyarakat yang dipandang sebelah mata. Tapi mereka mampu menujukan bahwa punk bukan hanya tentang bermusik dan bernyanyi dengan suara keras, tapi idealisme pada lingkungan juga harus diperjuangkan.


Manusia, dan sejuta alasan merusak bumi dengan kesombongan yang sempurna


Ketakpeduliannya, lelah aku bertanya.


Mungkinkah akan tiba hari terakhir di dunia?


Marah Bumi



7. Di antara sekian banyak band yang menyuarakan isu nasionalis, SID mampu hadir dengan bahasa yang lebih puitis.

Nasinalisme SID

Nasinalisme SID via outsidergianyar.wordpress.com

SID memang bukan satu-satunya grup band Rock yang menyuarakan tentang nasionalisme. Tapi lagi-lagi SID selalu punya cara sendiri untuk membuat penikmat musik jatuh hati. Ada Netral yang sudah lebih dulu melambung dengan slogan khasnya “Garuda di Dadaku”. Kini SID  menyihir para penggemar dengan semangat dan cara yang berbeda, lewat lagu di album terbaru mereka yang berjudul “Jadilah Legenda.”

Sudah banyak sih band yang memainkan lagu nasionalis. Tapi yang ini malah pembawaannya beda. Jadi kalau disuruh milih, aku milih lagu “Jadilah Legenda.”

M. Irfan Izudin, Jomblo penggemar SID

 


Lihat laut dan indahnya ombak  Gemulainya pohon kelapa Para Gadis yang mulai menari Kibarkan Merah Putih

Jadilah Legenda

 


Tanpa perlu bertaburan kata-kata “Merdeka”, “Indonesia”, dan “Tanah Air” lagu nasionalis ala SID ini tetap bisa membuat bulu kuduk berdiri. Dengan gaya bahasa yang puitis ala SID rasa cinta pada tanah air bisa dikhidmati dengan cara berbeda.



8. Bagi SID idealisme adalah harga mati. Satu-satunya yang boleh jumawa bahwa mereka “Muda, Beda, dan Berbahaya” ya cuma SID!

SID dengan idealismenya yang tidak pernah berubah

SID dengan idealismenya yang tidak pernah berubah via www.bandbali.com

Tak lengkap rasanya jika membicarakan SID tanpa menyelipkan lagu Muda, Beda, dan Berbahaya. Harus diakui lagu ini memang benar-benar menggambakan kepribadian mereka. Tak suka diatur, bebas bersuara dan lantang menuntut perubahan adalah image yang melekat pada band ini dan ketiga personilnya.

SID bisa seperti itu karena dia mampu mempertahankan dan memperjuangkan karakter mereka.

Andi Mahendra, Outsider

 


Walau kini sudah bernaung di bawah major label Sonny Entertainment SID tetap berusaha mempertahankan idealismenya dalam berkarya. Dalam sebuah wawancara SID mengatakan bahwa Sonny hampir tidak punya andil dalam proses berkarya mereka.


“Bobby tetap bikin musik, Jerrinx bikin lirik, Eka kadang bantu bikin musik dan lirik. Nah, bir bintang (botol besar dan dingin) menyatukan harmoni ketiganya. Kenapa kami masuk major label? Karena kami cuma mau fokus berkarya. Biar Sonny yang ngurusin masalah distribusi dan tetek bengeknya. Lagian kami tidak pernah menyodorkan demo pada mereka. Jadi SID dan Sonny itu partner. Posisinya setara.”




9. Tanpa sadar SID mendampingi kita menjadi pribadi yang berani menciptakan coraknya sendiri. Tak ada yang salah dengan menjadi berbeda, Jerrinx-Bobby-dan Eka sudah membuktikannya

SID saat belum eksis

SID dengan idelismenya tentang outsider via fajar-permadi.blogspot.com

Dalam lagu Kita Vs Mereka SID menyuarakan tak ada yang salah dengan menjadi berbeda.

Hey kau yang terluka karna engkau berbeda Jangan pernah menyerah hancurkan kesedihan Kita kan bersama, ayo lawan dunia Injak kesombongan dan keangkuhannya Jarum dan tinta, kulit berwarna Buktikan kubisa, akan kurubah dunia

Di lagu itu SID ingin menyampaikan semangat mereka pada para pendengarnya. Tak ada yang salah dengan menjadi berbeda. Dunia bukan sekolah dasar yang mewajibkan seluruh orang di dalamnya berperilaku dan memilih jalan hidup yang seragam. Semangat inilah yang ingin ditransfer SID pada outsider dan lady rose yang kebanyakan masih berusia muda.

Outsider itu orang yang berpikir kritis. Dia harus berhenti berfikir positif dan negatif. Harus berani tampil beda.

Andi Mahendra, Outsider

 

Setiap rasa tak yakin pada keunikan diri melanda, sumpal saja telingamu dengan pelantang suara kemudian dengarkan lagu Kita vs Mereka. Dijamin ketidakpercayaan dirimu akan segera menguap ke udara!



10. Meskipun SID jarang tampil di TV komersial, loyalitas penggemar setianya tak pernah berkurang

SID dengan penggemarnya yang fanatik

SID dengan penggemarnya yang fanatik via jktrockcity.blogspot.com

Sepertinya dunia terlevisi tidak punya ruang untuk menampilkan musik-musik rock yang berisi. Seolah, mereka hanya punya ruang bagi musik yang bisa membuat bergoyang ala dangdutan. Maka, musik SID tidak masuk nominasi untuk sering tampil di TV. Namun, hal ini tidak menyurutkan SID menjadi musisi yang minim penggemar. SID selalu punya cara untuk istimewa untuk selalu menjadi jawara bagi para penikmat musik rock. SID sering melakukan konser-konser di penjuru kota untuk membuat rindu pada Outsider dan Lady Rose terbayar. SID yang anti tampil lipsync, harus rela tampil prima untuk membuat penggemarnya merasa diajak bicara. Menonton konser SID secara langsung bagi penikmat musik punk rock bisa diibaratkan seperti miniatur angin surga. Puas: mulai dari musik yang diterima di telinga, jingkrak-jingkraknya, serta meninggalkan rasa hangat di hati setelah keluar dari venue konser yang pasti berjubel manusia.



11. Minim kabar di pemberitaan nasional, mereka berkibar di kancah internasional. Diam-diam SID sering memenangkan berbagai penghargaan.

Mereka tetap berdiri dengan punk mereka

Mereka tetap berdiri dengan punk mereka via www.supermanisdead.net

Tanpa banyak skandal percintaan dan sensasi kacangan yang membuat mereka terkenal secara instan, SID punya cara berbeda untuk menjadi terkenal di kancah musik internasional. Diam-diam,  SID pernah mendapatkan undangan untuk ikut serta dalam Warped Tour 2009. Meskipun album mereka tidak dirilis di Amerika, mereka berhasil menjadi band Asia kedua yang dipanggil untuk gabung dalam salah satu festival musik terbesar di Amerika ini. Dalam kesempatan itu, meraka manggung di 16 kota di Amerika, dalam rangkaian tour ‘From Bali With Rock’. Selain itu, pada tahun 2011 mereka berhasil menjadi musisi Indonesia kedua yang berhasil tampil gagah di tangga musik Billboard dalam urutan ke 23. Dengan sebelumnya Anggun pernah menduduki tangga 22 disana. Belum lagi, baru-baru ini SID dengan rendah hati berucap terima kasih setelah mendapatkan penghargaan di ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards sebagai Grup Rock Terbaik. Ini hanya segelintir dari banyaknya prestasi yang mereka raih. Tanpa banyak bikin sensasi, diam-diam SID berkarya dengan caranya sendiri. Hal ini memjadi kebanggaan tersendiri bagi para penggemarnya. SID seolah berkata bahwa, musik punk rock Indonesia perlu untuk dipertimbangkan.

Mereka bikin sendiri, aransemen sendiri, semuanya sendiri. Jadi terkesan mereka bikin lagu untuk mereka sndiri, tapi asik buat didenger kita-kita.

Faris Samhan, Penikmat Musik dan Seni




12. Jatuh-bangun sudah tuntas band ini alami. Tapi mereka tetap gigih berdiri dan tidak pernah berhenti untuk menjadi diri sendiri

Mempunyai banyak fans dari luar negeri

Mempunyai banyak fans dari luar negeri via cjplayground.feyst.com

Memulai karir dari 0, menyebarkan lagu lewat jalur indie membuat SID udah kenyang dengan asam-garam dunia hiburan. Kegigihan dan konsistensi ini jugalah yang membuat para Outsider dan Lady Rose tetap setia mendampingi. Mau digempur cobaan sekuat apapun toh SID tetap berusaha berdiri tegak di belantika musik dalam negeri.

Suka soalnya lagunya itu bikin kita semangat, ada kritik sosial juga, bukan cuman sekedar lagu, tapi ada pesannya. Lagune keras tapi romantis.

Risanti Naintiwan, Penggemar SID sejak SMP


Lirik mereka berani, menyuarakan pemberontakan di era yang semakin gak jelas ini.


Faris Samhan, Penggemar Musik dan Seni

Kepribadiannnya yang bebas, peduli, dan kritis membuat penggemarnya semakin kagum. Bukan hanya bermusik, tapi mereka juga menunjukan bagaimana mempertahankan jati diri. SID selalu membawa penggemarnya merasa hidup kembali.



(bonus) 13. Walau sudah terkenal, personilnya selalu rendah hati. SID tahu benar bahwa bermusik bukan cuma soal jadi tenar dan jualan. Sekecil apapun bentuknya, mereka selalu berusaha memberikan apresiasi

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Beberapa saat setelah artikel ini dilansir Jerinx dengan cepat mengomentari artikel ini melalui kicauannya di media Twitter.  Jujur kami kaget saat mengetahui reaksi Bli Jerinx. Apalah arti Hipwee yang hanya seperti remah-remah kerupuk di dasar toples Khong Guan ini?

Tapi dari dekatnya interaksi Bli Jerinx dengan pendengarnya, kami tahu bahwa inilah yang membuat SID selalu dicinta. Mereka bukan cuma sibuk bermusik saja. Tapi benar-benar memperlakukan outsider dan lady rose sebagai manusia. Sukses terus ya, Bli!


Idealisme yang kuat, lirik yang mengena di hati, pilihan musik yang membangkitkan semangat, dan 3 personilnya yang terus gigih bertahan di tengah gempuran dunia hiburan membuat SID memang layak mendapat predikat sebagai band rock terbaik di seantero negeri. Sepakatkah kamu dengan hal ini? Atau ada band lain yang lebih layak mendapatkan predikat ini?

Superman Is Dead bisa dibilang salah satu pelakon musik rock terbaik di Indonesia saat ini. Setelah 18 tahun berdiri, SID makin kuat menancapkan cakarnya di belantika musik rock Indonesia. Setiap konser dan gig-nya di berbagai kota pasti dipenuhi oleh para outsider, lagu-lagu mereka pun jadi hits single nasional.

Bukan hanya soal musik dan liriknya, SID memang beda karena idealisme kuat yang tetap membersamai tiap langkah mereka. Di tengah gempuran musik sendu dan menye-menye di industri musik Indonesia, SID dengan gagah berani menyelipkan lirik dengan unsur sosial dalam lagu-lagunya. Personil SID pun terkenal lantang menyuarakan kepedulian mereka pada berbagai masalah bangsa melalui jejaring media sosial.

Saat banyak band berbondong-bondong menjadi sama demi memenuhi selera pasar — Bobby Kool, Eka Rock dan Jerinx adalah band anomali yang (anehnya) tak pernah kehilangan penggemar. Apakah kamu salah satu outsider dan lady rose setia SID yang sudah mengagumi mereka sejak usia belasan? Atau kamu salah satu calon penggemar baru yang butuh alasan mengapa harus mengagumi mereka? Di artikel ini Hipwee akan buka seluruh tabir dan alasannya.